Es Teh Jumbo Viral di TikTok, Ahli Gizi RS UNS Ingatkan Dampaknya bagi Kesehatan

Es Teh Jumbo Viral di TikTok, Ahli Gizi RS UNS Ingatkan Dampaknya bagi Kesehatan

oleh HUMAS UNS

UNS — TikTok memang menjadi ‘surga’ bagi banyak makanan/ minuman viral. Usai permen dalgona booming beberapa waktu lalu, kini giliran es teh jumbo yang berhasil menguasai FYP TikTok.

Viralnya es teh jumbo di platform berbagi video singkat ini bermula dari ide kreatif sejumlah pengguna yang membuat video klip parodi Noah “Yang Terdalam”.

Berbeda dengan versi remake yang diperankan oleh Iqbal Ramadhan, pengguna TikTok justru merekam dirinya sendiri berjalan di trotoar sambil menenteng es teh jumbo dalam bungkus plastik literan.

Walau es teh jumbo yang viral di TikTok tampak menyegarkan, ternyata mengonsumsi minuman ini -apalagi dengan tambahan gula- tidak baik bagi kesehatan, lho!

Hal ini dijelaskan oleh ahli gizi Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Asyari Mia Lestari, S.Gz.

Asyari Mia Lestari, S.Gz
Asyari Mia Lestari, S.Gz

“Kandungan tanin dan polifenol dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi pada makanan. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia,” ujarnya saat dihubungi uns.ac.id, Sabtu (8/1/2022).

Sedangkan, untuk kandungan gulanya, Mia memperkirakan dalam satu bungkus es teh jumbo yang berisi 2-3 liter mengandung 12-18 sendok makan gula atau setara 120-180 gram.

Takaran ini disebut Mia melebihi ajuran asupan gula yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang.

Oleh sebab itu, ia menilai es teh jumbo dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit diabetes melitus karena kandungan gula yang tinggi.

“Batasan konsumsi gula tidak boleh lebih dari 50 gram atau setara 4 sendok makan sehari,” terang Mia.

Agar risiko terkena obesitas dan diabetes melitus tidak meningkat, ia merekomendasikan campuran Bahan Tambahan Pangan (BTP) sebagai pemanis dalam es teh jumbo.

Tapi, tidak semua BTP bisa dicampurkan ke dalam es teh jumbo. Pasalnya, BTP terdiri dari pemanis alami dan buatan yang tidak bisa dikonsumsi beberapa orang orang.

Ia menjelaskan bahwa BTP pemanis alami memiliki toksisitas yang sangat rendah. Sementara itu, beberapa BTP pemanis buatan memiliki batasan.

“Misal sakarin 0-5 mg/ kg berat badan. BTP pemanis buatan tidak dapat digunakan pada produk pangan yang khusus diperuntukkan bagi bayi, anak usia di bawah tiga tahun, ibu hamil dan/ atau ibu menyusui,” jelas Mia.

Supaya asupan gula dalam tubuh tetap terjaga, Mia menyarankan masyarakat untuk mengasup gula melalui buah, selai, madu, dan makanan atau camilan manis lainnya.

“Lalu, konsumsi teh tidak setiap hari atau minum 2-3 jam setelah makan. Kurangi penggunaan gula juga, bisa diganti potongan buah atau daun mint. Jaga tubuh agar tidak dehidrasi dengan minumlah air putih sesuai kebutuhan. Untuk remaja atau dewasa minum air putih 8 gelas sehari,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Y.C.A. Sanjaya
Editor: Dwi Hastuti

sumber : uns.ac.id