Kesehatan Rongga Mulut Pangkal Hidup Berkualitas

Kesehatan Rongga Mulut Pangkal Hidup Berkualitas

rongga-mulut

 

Oleh : drg. Filumena Titis Rahutami

 

Be Proud of Your Mouth

#MouthProud

Itulah tema kampanye yang diangkat oleh FDI dalam rangka World Oral Health Day (WOHD) atau Hari Kesehatan Rongga Mulut Internasional untuk tiga tahun ke depan atau selama 2021-2023. Organisasi yang menaungi profesi kedokteran gigi di dunia tersebut menetapkan tanggal 20 Maret sebagai hari dimulainya kampanye tahunan sejak tahun 2013, menggantikan tanggal 12 September yang sebelumnya dipilih pada tahun 2007. Melalui kampanye ini kita semua diajak untuk menghargai dan memberi perhatian lebih pada kondisi gigi dan rongga mulut, karena dengan demikian berarti ikut menjaga kondisi tubuh dan kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Rongga mulut merupakan pintu gerbang sistem pencernaan yang ikut terlibat dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Susunan gigi, serta otot-otot lidah dan mulut sangat berperan penting dalam proses produksi suara. Susunan dan warna gigi juga memberi sumbangsih pada penampilan wajah yang menarik sehingga mempengaruhi tingkat kepercayaan diri. Kerusakan dan kehilangan gigi, serta keradangan pada lidah dan jaringan di rongga mulut akan menghambat proses pengunyahan serta mengganggu kejelasan lafal saat berbicara. Kehilangan gigi lambat laun menyebabkan ‘kempot’ pada otot pipi dan bibir. Nyeri pada gigi dan mulut pun turut berdampak negatif pada aktivitas dan keseharian, yang paling mendasar misalnya berkurangnya kualitas tidur dan nafsu makan.

Perhatian pada rongga mulut harus diberikan seumur hidup, sejak masa kehamilan hingga di saat lanjut usia. Perhatikan kebutuhan nutrisi, vitamin, dan mineral terpenuhi. Batasi jumlah serta hindari kudapan berupa makanan/minuman yang manis, asam/bersoda, dan lengket. Imbangi dengan banyak mengonsumsi air putih serta serat dari sayur dan buah. Hentikan kebiasaan yang dapat merusak gigi dan memicu penyakit mulut, seperti mengonsumsi rokok dan alkohol, minum dengan botol/dot, menghisap jari, mengunyah di satu sisi, menggertakkan gigi, dll.

Menjaga kebersihan gigi dan mulut juga harus dibiasakan sejak dini, setidaknya dengan menyikat gigi setiap setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Pada bayi dapat menggunakan kassa/kapas steril atau sikat gigi jari. Pastikan sikat gigi selalu dalam kondisi baik, bersih, dan sesuai dengan ukuran rongga mulut. Pasta gigi yang mengandung fluor dapat mulai digunakan ketika anak memasuki usia 6 tahun atau sudah mampu berkumur dengan benar, takarannya cukup sebesar biji jagung untuk kemudian diratakan pada permukaan bulu sikat gigi. Jangan menyikat gigi terlalu keras karena justru akan melukai jaringan rongga mulut, gerakkan tangan dengan rileks namun pastikan mencapai seluruh permukaan gigi yang ada. Selain itu sangat dianjurkan melakukan pembersihan tambahan dengan benang gigi atau dental floss, serta obat kumur antiseptik bila diperlukan.

Lakukan kunjungan ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin setiap 6 bulan hingga 1 tahun sekali. Hal ini diperlukan untuk mengamati proses tumbuh kembang gigi dan rahang, deteksi dini kerusakan gigi, serta penyakit rongga mulut. Informasikan jika ada penyakit/kondisi yang rentan mengganggu kesehatan maupun menghalangi perawatan gigi dan rongga mulut, misalnya kehamilan, kelainan imunitas, gangguan hormonal, diabetes, dll. Jangan melakukan tindakan/manipulasi terkait gigi dan mulut pada pemberi layanan yang tidak memiliki ijin dan kompetensi untuk melakukan praktik kedokteran gigi.

Tapi biaya perawatan ke dokter gigi kan mahal..

Bagi peserta BPJS-K mandiri maupun subsidi, dan juga BPJS-TK (Ketenagakerjaan), perawatan kesehatan gigi dan mulut juga termasuk dalam daftar tindakan yang difasilitasi lho. Pemeriksaan rutin, perawatan gigi berlubang, hingga pencabutan gigi yang tidak dapat dirawat, hampir semuanya dapat dilayani secara gratis di fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk bekerja sama. Namun demikian dana tambahan tetap perlu dipersiapkan jika muncul kebutuhan tindakan berupa pembersihan karang gigi, pembuatan mahkota selubung untuk gigi dengan kerusakan yang relatif besar/luas, serta pembuatan gigi palsu untuk menggantikan gigi yang hilang. Selain itu untuk kebutuhan tindakan dan perawatan yang bersifat kosmetik serta kompleks sehingga membutuhkan keahlian khusus juga harus dianggarkan dari alokasi dana pribadi, misalnya perawatan memutihkan warna gigi, merapikan susunan gigi, atau implan penanaman gigi palsu.

Pembersihan karang gigi? Apa itu karang gigi?

Pada permukaan gigi yang sudah bersih, secara alami akan selalu terbentuk lapisan transparan dari cairan gusi yang dapat menjadi tempat perlekatan bakteri. Lapisan tersebut akan berubah menjadi plak ketika ada sisa-sisa makanan yang ikut melekat, umumnya pada celah di permukaan gigi, celah antar gigi maupun celah antara gusi dengan gigi. Di dalam plak akan berkumpul berbagai bakteri yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan suasana asam. Keasaman ini akan merusak komposisi mineral di permukaan gigi yang menyebabkan gigi berlubang. Rongga mulut akan memproduksi air liur untuk menetralisir keasaman dan mencegah demineralisasi gigi, namun kandungan mineral di dalam air liur menyebabkan plak ikut mengeras menjadi karang gigi. Plak gigi yang lunak masih dapat dibersihkan dengan gerakan menyikat gigi yang baik dan benar, namun karang gigi yang keras membutuhkan intervensi instrumen kedokteran gigi untuk bisa lepas dari perlekatannya.

Hmm,, jadi harus rutin? Pasti mahal dong..

Jika rutinitas menyikat gigi tidak sanggup mengimbangi kecepatan pembentukan karang gigi sehingga diperlukan tindakan intervensi dalam kunjungan rutin setiap 6 bulan oleh dokter gigi, yang membutuhkan biaya sekitar Rp. 300.000,- (tarif berlaku di RS UNS, dapat berbeda pada penyedia fasilitas kesehatan lainnya) untuk setiap tindakan, berarti kamu cukup menyisihkan Rp. 2.000,- dari uang jajan setiap harinya. Relatif tidak berat bukan?

Karena jika tidak dibersihkan, karang gigi akan terus menumpuk baik ke arah permukaan luar gigi maupun ke dalam gusi. Penumpukan ini mengakibatkan hilangnya perlekatan gusi terhadap gigi, menimbulkan keradangan dan kerusakan baik pada gusi, gigi serta tulang penyangga gigi. Jika terus berlanjut gusi akan mengalami perdarahan dan pembengkakan hingga bernanah, gigi pun dapat goyang hingga lepas karena kehilangan struktur penyangga. Pembengkakan yang terus meluas dapat mengganggu kerja otot mulut hingga menghalangi jalan nafas baik tenggorokan maupun hidung. Selain itu bakteri dapat masuk ke sistem peredaran darah dan berpotensi menyebabkan infeksi dan bahkan penyumbatan di organ tubuh lainnya. Kalau sudah begitu, perawatan yang dibutuhkan akan semakin kompleks dan tentu biaya yang dibutuhkan akan lebih besar lagi.

Tapi kok pandemi banyak dokter gigi tidak praktik..

Pandemi Covid-19 mengakibatkan berbagai keterbatasan dalam aktivitas masyarakat, termasuk juga akses mendapatkan layanan kesehatan. Saat melakukan tindakan perawatan di rongga mulut, ada resiko penularan melalui droplet yang wajib diperhatikan baik oleh tenaga kesehatan dokter dan perawat gigi, maupun oleh pasien dan pendampingnya. Akibatnya tak sedikit penyedia layanan kesehatan baik klinik gigi mandiri, swasta, maupun pemerintah yang membatasi pemberian layanan terkait keluhan di rongga mulut.

Namun demikian, tetap lakukan pemeriksaan terutama jika mengalami kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi, yakni berupa:

  • Nyeri yang tidak tertahankan, berlangsung terus-menerus dan tidak reda meski sudah minum antinyeri. Nyeri yang menyebar ke seluruh wajah/kepala, menyebabkan gangguan saat tidur dan makan.
  • Pembengkakan pada jaringan di rongga mulut, sekitar telinga dan leher yang berpotensi mengganggu jalan nafas.
  • Perdarahan spontan di rongga mulut yang tidak terkontrol.
  • Benturan pada gigi dan kepala/wajah yang menyebabkan gigi goyang/lepas/patah, retak/patah pada tulang rahang, serta luka pada jaringan rongga mulut yang berpotensi mengganggu jalan nafas.
  • Dislokasi rahang yang menyebabkan kesulitan/kesakitan saat membuka dan menutup mulut.
  • Trauma dan luka akibat alat ortodonsi cekat.
  • Sariawan atau luka/lesi di rongga mulut yang disertai demam, disertai luka pada kulit tubuh, berjumlah banyak dan meluas, tidak sembuh lebih dari 1 bulan, serta yang muncul akibat radiasi dan kemoterapi.

Ingat: gangguan pada rongga mulut akan berdampak langsung secara personal maupun sosial. Oleh karena itu, banggalah pada mulutmu, dan tanamkan prinsip ‘Mulutku Kebanggaanku’. Senyum yang manis kurang menawan jika terlihat gigi yang berlubang atau ompong, dan tawa yang renyah harus bebas dari bau mulut yang tak sedap. Bangun kebiasaan baik, mari rawat sebelum terlambat.