Kesehatan Telinga dan Pendengaran

Kesehatan Telinga dan Pendengaran

Oleh: dr. Bayu Aristanto Kurniawan, Sp.T.H.T.K.L

Fungsi dan Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ yang cukup berpengaruh dan penting untuk manusia, yaitu berfungsi sebagai organ pendengaran yang berguna untuk proses komunikasi dan juga sebagai organ keseimbangan bersama dengan mata, persendian, otot dan kulit.

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian luar, tengah, dan dalam. Ketiga bagian ini bekerja secara berkesinambungan.

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga yang bertugas menentukan arah lokasi suara, mengumpulkan dan menyalurkan gelombang suara ke gendang telinga.

Telinga tengah terdiri dari gendang telinga, tiga tulang pendengaran (maleus, incus dan stapes), rongga telinga tengah, dan saluran tuba eustachius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dan rongga dibelakang hidung), bangunan telinga tengah berfungsi untuk menghantarkan sambil menguatkan atau melemahkan energi bunyi yang ditangkap oleh gendang telinga menuju ke telinga bagian dalam, dan untuk menyesuaikan tekanan udara antara telinga tengah dengan tekanan udara luar (fungsi tuba eustachius).

Telinga dalam terdiri dari rumah siput (koklea) yang berfungsi merubah energi/gelombang suara menjadi impuls listrik dan meneruskannya melalui saraf pendengaran ke otak sehingga otak dapat memproses informasi yang terkandung di dalam bunyi tersebut, selain itu di telinga dalam juga terdapat organ kanalis semi sirkularis yang berfungsi sebagai organ keseimbangan.

Bagian-bagian telinga ini saling terkait dan bekerja sama untuk memastikan proses mendengar berlangsung dengan baik dan sempurna.

Bagian-Bagian Telinga Manusia

Proses Mendengar

Mendengar dimulai dari ditangkapnya energi suara berupa getaran atau gelombang oleh telinga bagian luar, dimana daun telinga berfungsi menentukan arah sumber suara. Kemudian getaran dikumpulkan dan diteruskan ke liang telinga sehingga memberi tekanan pada gendang telinga. Ketika gendang telinga bergetar, maka getarannya akan diteruskan ke tulang pendengaran.

Tulang pendengaran dan rongga telinga tengah akan memperkuat atau mengurangi getaran ini dan mengirimkannya ke telinga bagian dalam (rumah siput), tidak kalah pentingnya peran saluran tuba eustachius untuk menjaga tekanan udara dalam rongga telinga tengah agar ideal dalam proses ini. Saat mencapai rumah siput, getaran akan diubah menjadi impuls listrik dan diteruskan ke saraf pendengaran menuju otak sebagai pusat pengolahan informasi. Otak akan menerjemahkan impuls ini menjadi berbagai jenis suara dan maknanya.

Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran akan menghambat proses komunikasi, bila terjadi pada orang dewasa akan membuat kesalahpahaman dengan lawan bicara, pada anak-anak akan mengganggu proses belajar yang berakibat penurunan prestasi, pada bayi/tuli bawaan lahir akan menyebabkan telatnya berbicara pada si anak dan masalah – masalah lain yang bisa timbul sebagai akibat dari gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran atau tuli terbagi menjadi 3 jenis yaitu tuli konduksi, tuli saraf dan tuli campur. Derajat ketulian juga terbagi menjadi tuli ringan, sedang, sedang-berat, berat dan tuli total.

Gangguan pendengaran atau tuli bisa disebabkan karena bawaan lahir/kongenital bisa juga karena tuli yang didapat yaitu karena proses peradangan dengan berbagai sebab, adanya benda asing atau kotoran telinga di liang telinga, trauma/perlukaan pada telinga, kerusakan saraf pendengaran karena paparan bising dan zat yang merusak saraf pendengaran, tumor pada daerah telinga dan proses penuaan.

Tips Menjaga Kesehatan Telinga dan Pendengaran

  1. Pada ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan teratur dan segera berobat bila terdapat demam yang disertai dengan ruam merah pada tubuh, infeksi virus dan parasit pada ibu hamil dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan dalam hal ini ketulian pada janin, imunisasi sebelum kehamilan dan keluarga dapat mencegah infeksi ini.
    Ibu hamil tidak minum jamu atau obat apabila tidak disarankan oleh tenaga medis, karena beberapa obat atau jamu mungkin merupakan zat yang dapat merusak saraf pendengaran baik untuk janin maupun ibu. 
  2. Bayi diusahakan tidak meminum susu botol sebelum berumur satu tahun atau setidaknya frekuensi minum dari susu botol tidak terlalu sering, untuk mengurangi resiko infeksi saluran nafas yang dapat berimbas ke infeksi telinga tengah. Selain itu jika menetek langsung ke ibu akan melatih otot rahang dan tuba eustachius lebih terlatih, kuat dan berfungsi baik.
  3. Menjaga kebersihan liang telinga, dengan cara hanya membersihkan hanya di muara liang telinga bagian luar saja, karena liang telinga sudah memiliki mekanisme pembersihan kotoran telinga (cerumen) secara otomatis menuju ke muara liang telinga luar pada saat proses menelan dan mengunyah makanan, pembersihan muara luar liang telinga memakai bahan yang lembut dan diperhatikan sterilitasnya (bisa memakai cotton buds lembut yang diberi alkohol 70% dan ditunggu sampai kering), jangan memasukkan cotton buds ke dalam liang telinga, pembersihan liang telinga sebaiknya secara periodik dilakukan oleh ahlinya secara berkala setiap 6 bulan, karena apabila dikerjakan sendiri selain meningkatkan resiko infeksi telinga luar juga dapat berakibat terdorongnya cerumen ke bagian dalam, menumpuk serta menyumbat liang telinga yang berakibat berkurangnya fungsi pendengaran. Hindari penggunaan benda keras seperti batang bulu ayam, batang rumput, dan batang korek api, dll., untuk membersihkan telinga, karena dapat melukai, meningkatkan resiko infeksi telinga luar dan bahkan melukai gendang telinga.
  4. Pembatasan pemakaian earphone, tidak bisa dipungkiri pada masa pandemi ini penggunaan earphone akan meningkat karena proses belajar mengajar, rapat-rapat dengan berbagai kepentingan seperti bisnis, sosial dll., akan beralih dari luring menjadi daring, dimana earphone dapat membantu seseorang untuk lebih bisa konsentrasi, akan tetapi pemakaian earphone yang kurang tepat dapat menimbulkan efek yang tidak baik untuk kesehatan telinga dan pendengaran, pastikan hanya memakai disaat yang sangat diperlukan saja, apabila masih dimungkinkan gunakan speaker dan gunakan volume yang kecil, pemilihan earphone in ear juga lebih dihindari, karena dapat mendorong cerumen yang sudah hampir mencapai muara liang masuk kembali ke liang telinga dan menumpuk, selain itu juga fungsi proteksi dari daun telinga dan liang telinga dalam menyalurkan energi/gelombang suara menjadi tidak berguna karena earphone in ear dapat langsung menggetarkan gendang telinga secara langsung, apabila volume berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kerusakan pendengaran secara permanen.
  5. Perlindungan dan menghindari suara bising, bising dapat menganggu dan merusak pendengaran, baik bising yang sifatnya tiba-tiba dan intensitas sangat keras (ledakan bahan peledak, tembakan senjata, suara jet, dll.), atau suara bising yang intensitas tidak terlalu keras tapi berlangsung lama (suara bising mesin-mesin pabrik, gergaji mesin, dll.). Pemakaian APD (Alat perlindungan diri) para pekerja, terutama untuk telinga yang sudah disediakan oleh pemberi kerja sebaiknya dipakai secara disiplin. Bagi yang tidak berkepentingan harap menjauh dari sumber kebisingan.
  6. Tidak meminum obat secara sembarangan atau minum obat dalam jangka panjang tanpa berkonsultasi dan dalam pengawasan dokter atau ahlinya.
  7. Pemeriksaan kesehatan telinga bisa dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali, dan segera berkonsultasi ke dokter keluarga atau dokter ahli THT-KL apabila mengalami keluhan yang berkaitan dengan telinga seperti nyeri pada telinga, keluar cairan, telinga terasa penuh, sering berdenging pada telinga, pendengaran berkurang, atau pusing berputar. Semakin awal penatalaksanaan diberikan terhadap sebuah penyakit akan semakin baik prognosisnya.