oleh HUMAS UNS
UNS — Topik soal kesehatan jantung kembali menjadi perhatian publik usai Maura Magnalia Madyaratri, anak dari Anggota DPR RI Nurul Arifin, meninggal dunia pada Selasa (25/1/2022) pagi.
Kepergian Maura mengejutkan banyak orang sebab dia meninggal dunia di usia 27 tahun karena henti jantung, usai ditemukan lemas oleh Asisten Rumah Tangga (ART) di meja makan.
Nurul Arifin mengatakan, sebelum Maura meninggal, putri sulungnya tidak tidur karena mempersiapkan wisudanya di salah satu universitas di Australia. Maura juga disebut mengalami stres dan kondisi tubuhnya drop.
Menurut dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Habibie Arifianto, dr.,SpJP (K)., M.Kes., kasus henti jantung yang dialami Maura biasanya disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan.
dr. Habibie mengatakan, kasus henti jantung yang terbanyak adalah gangguan aktivitas listrik jantung. Ini bisa mengakibatkan gangguan irama fatal yang membuat seseorang pingsan hingga berujung kepada kematian.
“Kalau terminologi henti jantung jelas fatal, karena saat terjadi henti jantung otomatis fungsi jantung sebagai pompa darah keseluruhan tubuh akan terhenti,” ujar dr. Habibie saat dihubungi uns.ac.id, Rabu (26/1/2022).
Ia menerangkan, saat pasukan oksigen terhenti maka nutrisi ke otak, organ tubuh lainnya, hingga ke otot jantung juga akan berhenti. Dan ini akibatnya bisa fatal.
“Biasanya henti jantung disebut juga cardiac arrest atau sudden cardiac death. Saat terjadi gangguan irama jantung yang fatal, hanya membutuhkan beberapa detik hingga pasien akan bergejala, biasanya pingsan, kejang dan pasien akan kolaps,” jelasnya.
Apabila ada kejadian seseorang mengalami henti jantung maka harus segera dilakukan pijat jantung luar. Cara ini disebut dr. Habibie memungkinkan korban untuk dapat mengembalikan sirkulasi darah hingga sadar kembali.
Namun, apabila tidak ada yang membantu untuk melakukan pijat jantung luar tentu gangguan irama akan berlanjut hingga pasien ditemukan meninggal dunia.
Kelelahan bisa Membahayakan Jantung
Berkaitan dengan penuturan Nurul Arifil yang menyebut Maura tidak tidur dan kondisi tubuhnya drop, dr. Habibie menyampaikan dua hal ini bisa memicu perangsangan aktivitas sistim saraf simpatis. Hal ini memang bertanggung jawab terhadap peningkatan aktivitas kelistrikan jantung dan akan berujung pada gangguan irama jantung yang sifatnya fatal.
Sementara itu, jika dilihat dari perbedaan henti jantung dan serangan jantung, dr. Habibie menyebut keduanya adalah hal yang berbeda. “Serangan jantung adalah terminologi yang digunakan untuk kejadian tersumbatnya pembuluh darah koroner yang mendadak yang biasanya mengakibatkan nyeri dada hebat,” terangnya.
Sedangkan, henti jantung biasanya diakibatkan karena gangguan irama yang fatal dan bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti serangan jantung, faktor genetik atau keturunan, hingga gagal jantung.
“Dan henti jantung biasanya lebih mematikan dibanding serangan jantung,” tambahnya.
Henti jantung di usia muda, lanjut dr. Habibie, sebenarnya merupakan kasus yang sangat jarang, apalagi jika berkaitan dengan gangguan irama. Beberapa penyakit genetik atau keturunan yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak, diantaranya Sindrom Brugada, Sindrom Long QT, dan kardiomiopati hipertrofik.
Penanganan Korban Henti Jantung
Karena henti jantung adalah masalah kesehatan yang serius, maka cara penanganannya pun tak boleh disepelekan.
dr. Habibie menyampaikan, bila menyaksikan korban mengalami henti jantung mendadak, kita bisa meminta bantuan tim medis atau dibawakan alat Automatic Electrical Defibrillator (AED) yang sudah banyak tersedia di tempat umum, seperti bandara dan pusat perbelanjaan.
Ia menambahkan, sambil menunggu bantuan datang kita bisa memberikan bantuan hidup dasar dengan pijat jantung luar/ resusitasi jantung.
Langkah ini disebut dr. Habibie sangat penting bagi anggota masyarakat untuk memahami cara-cara bantuan hidup dasar. Dan pemangku kepentingan diminta dr. Habibie untuk menyediakan AED sehingga dapat membantu korban dengan henti jantung mendadak.
Untuk langkah pencegahannya, apabila diketahui memiliki riwayat keluarga yang meninggal mendadak di usia muda atau riwayat sering pingsan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter jantung.
“Tujuannya untuk dicari kemungkinan adanya gangguan irama atau struktur jantung yang dapat menyebabkan henti jantung di masa mendatang,” pungkas dr. Habibie. Humas UNS
Reporter: Y.C.A. Sanjaya
Editor: Dwi Hastuti
sumber : uns.ac.id