Gejala TB Paru dan Pencegahannya

Gejala TB Paru dan Pencegahannya

Gejala TB Paru dan Pencegahannya

Oleh : Hendrastutik Apriningsih, dr., Sp.P(K)., M.Kes.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Hingga saat ini, tuberkulosis masih menjadi penyakit infeksi menular yang paling berbahaya di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sebanyak 1,5 juta orang meninggal karena TB (1.1 juta HIV negatif dan 0.4 juta HIV positif) dengan rincian 89.000 laki-laki, 480.000 wanita dan 140.000 anak-anak. Pada tahun 2015, jumlah penemuan kasus TB adalah 330.910 kasus. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2014, yaitu sebanyak 324.539 kasus. Kasus terbanyak dilaporkan di provinsi dengan jumlah penduduk besar, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah (38% dari keseluruhan kasus di Indonesia).

Sebagian besar penyakit TB (TB aktif) terjadi di paru-paru. Namun, pada seseorang dengan infeksi HIV, hampir setengah kasus TB memiliki penyakit di bagian lain dari tubuh. Berbeda dengan TB laten, seseorang dengan penyakit TB di paru-paru biasanya mengalami batuk dan terkadang batuk berdarah. Gejala umum penyakit TB atau dikenal juga dengan TB aktif meliputi demam, berkeringat pada malam hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan, dan kelelahan. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan terapi standar, sekalipun pada penderita dengan infeksi HIV. Tuberkulosis tidak tertangani sering berdampak fatal, khususnya pada penderita dengan infeksi HIV. Sputum smears sering menghasilkan negatif pada pasien dengan TB dan HIV.

Saat ini, penyakit TB aktif diobati dengan terapi kombinasi yang terdiri atas tiga atau lebih obat (biasanya empat). Lama terapi TB kasus baru adalah enam bulan, yang terdiri dari dua bulan oertama fase intensif, dilanjutkan empat bulan fase lanjutan untuk memusnahkan sisa bakteri yang telah masuk kedalam kondisi dorman. Tujuan awal dari terapi kombinasi tersebut adalah untuk meminimalkan perkembangan resistensi terhadap streptomisin setelah obat tersebut diperkenalkan pertama kali. Saat ini, standar terapi untuk infeksi TB sensitif obat sangat efektif dalam pembersihan bakteri. Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopik. Pemeriksaan dahak secara mikroskopik lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologi dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju endap darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik pada TB paru. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan specimen sebanyak 2 kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila kedua specimen tersebut negatif. Bila salah satu specimen atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.

Kegiatan penemuan penderita terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit, dan tipe penderita. Penemuan penderita merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan penderita TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Fokus utama DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah penemuan dan penyembuhan penderita, prioritas diberikan kepada penderita TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan penderita merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. World Health Organization, 2015, WHO Global Tuberculosis Report 2015, http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/
  2. CDC, 2016, Transmission and Pathogenesis of Tuberculosis, https://www.cdc.gov
  3. Hoagland, D.T., Liu, J., Lee, R.B. & Lee., R.E., 2016, New Agents for the Treatment of DrugResistant Mycobacterium tuberculosis, Advanced Drug Delivery Reviews, 102, 55–72.
  4. World Health Organization, 2010, Treatment of Tuberculosis Guidelines, 4th Ed.
  5. Kemenkes RI, 2016, Pharmaceutical Care, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.