Hati-hati! Terapi Uap Rokok Obat Bisa Picu Masalah Pernapasan

Hati-hati! Terapi Uap Rokok Obat Bisa Picu Masalah Pernapasan

Pemanfaatan bahan herbal tanpa panduan medis yang jelas dapat menyebabkan efek samping yang serius, terlebih jika dikonsumsi secara berlebihan tanpa dosis yang tepat. Peringatan ini disampaikan oleh dr. Brigitta Devi Anindita, Sp.P, Dokter Spesialis Paru dari RS UNS, saat menanggapi praktik merebus dan menghirup uap dari “rokok obat” sebagai bentuk terapi yang tengah viral.

Baru-baru ini, muncul sebuah video viral yang menunjukkan seseorang membongkar rokok berlabel “obat”, merebus isinya, lalu menghirup uap panasnya sebagai metode pengobatan alternatif. Namun, dr. Brigitta menekankan bahwa belum ada bukti ilmiah yang membuktikan keamanan maupun efektivitas dari cara tersebut. “Ya, berisiko bila terhirup dalam jangka waktu lama,” ujarnya.

Rokok obat sebagai terapi alternatif

Rokok yang dimaksud dikenal oleh masyarakat dengan sebutan rokok herbal atau rokok obat. Meski belum memiliki bukti medis yang kuat, praktik ini mulai menjadi tren dan banyak diikuti oleh masyarakat. Kepopulerannya didorong oleh persepsi karena terbuat dari bahan alami, rokok obat dianggap tidak berbahaya dan aman digunakan.

Rokok obat, berisiko jika tanpa standar medis

dr. Brigitta beranggapan bahwa semua bahan alami aman digunakan merupakan pandangan yang keliru. Ia menegaskan bahwa suatu bahan tetap perlu melalui serangkaian penelitian klinis dan uji laboratorium yang ketat sebelum dinyatakan layak sebagai obat, meskipun bahan tersebut berasal dari tumbuhan. “Terdapat perbedaan jelas antara bahan medis dan herbal biasa. Meski bersumber dari alam, bahan medis sudah melalui proses penelitian mendalam dan memiliki takaran dosis yang terukur,” jelasnya.

Sampai saat ini, manfaat dari menghirup uap rebusan rokok obat belum dibuktikan oleh riset ilmiah. Selain itu, masih belum dapat dipastikan dengan jelas efek paparan jangka panjang dari kandungan bahan-bahan tersebut.

Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine (2022) menyatakan bahwa walau pengobatan herbal berpotensi meredakan gejala gangguan pernapasan pada penderita asma atau COPD, penggunaannya tetap harus dalam pengawasan tenaga medis serta berdasarkan diagnosis penyakit yang tepat. Bahkan, pada penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya perubahan signifikan pada fungsi paru setelah penggunaan herbal selama 12 minggu.

Ancaman efek jangka panjang bagi kesehatan

Paparan uap dari bahan herbal yang belum terstandarisasi dalam jangka panjang bisa berisiko terhadap kesehatan paru-paru. Dokter Brigitta menjelaskan bahwa pengguna umumnya tidak mengetahui secara pasti kandungan dosis, zat aktif, maupun potensi racun dari bahan yang digunakan. “Itu berbahaya karena efek jangka panjangnya belum diketahui secara pasti,” tegasnya.

Menghirup berulang kali zat dengan komposisi yang tidak diketahui dapat menimbulkan risiko seperti iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi, hingga kerusakan jaringan paru secara perlahan. Praktik ini bertentangan dengan prinsip kehati-hatian dalam dunia medis yang mengedepankan bukti ilmiah dan pengawasan profesional. Meskipun diberi label “alami,” tidak semua bahan herbal aman untuk dikonsumsi, apalagi dihirup tanpa dosis yang tepat atau pendampingan dari tenaga medis.

Penggunaan rokok obat sebagai metode terapi dengan merebus dan menghirup uapnya belum memiliki bukti ilmiah yang kuat, bahkan berisiko membahayakan kesehatan. Masyarakat disarankan untuk tidak mudah tergoda oleh tren pengobatan alternatif yang belum terbukti secara medis. Sebaiknya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum menjalani jenis terapi apa pun, termasuk yang menggunakan bahan-bahan herbal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *