Definisi
Japanese encephalitis (JE) merupakan suatu penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan otak (encephalitis). Penyakit ini menyebar melalui gigitan nyamuk Culex yang terinfeksi oleh Japanese encephalitis virus (JEV), yang biasanya aktif di malam hari. Penyakit ini merupakan penyebab penyakit radang otak tersering di Indonesia.
Mengapa JE berbahaya?
Meski jarang terjadi, Japanese encephalitis dapat mengakibatkan kondisi yang fatal. Angka kematian penyakit ini mencapai 20–30% dari keseluruhan kasus dan sebanyak 30–50% kasus mengakibatkan gangguan saraf permanen. Kasus yang parah biasanya terjadi pada anak terutama pada usia di bawah 10 tahun. Apabila penderita dapat bertahan hidup, penderita seringkali mengalami gejala sisa (sekuel) antara lain gangguan sistem motorik, gangguan perilaku atau gangguan intelektual, serta gangguan fungsi saraf lain.
Penyebab dan Gejala
Japanese encephalitis disebabkan oleh Japanese encephalitis virus yang menyebar ke manusia dari hewan yang terinfeksi, biasanya babi atau burung rawa, melalui gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus. Umumnya kasus Japanese encephalitis akan meningkat ketika musim hujan, karena jumlah populasi nyamuk akan bertambah. Selain itu, pada sebagian besar kasus, penyakit ini terjadi di daerah peternakan babi.
Japanese encephalitis umumnya hanya menimbulkan gejala ringan seperti demam, sakit kepala, serta mual dan muntah yang biasanya timbul 4–15 hari setelah penderita tergigit nyamuk yang terinfeksi. Meski demikian, pada sekitar 1 dari 250 kasus, Japanese encephalitis dapat menimbulkan gejala yang berat seperti demam tinggi, leher terasa kaku, kaku otot, gangguan penglihatan akibat pembengkakan saraf mata (papiledema), kejang terutama pada anak bahkan sampai koma.
Penularan
Penularan virus JE sebenarnya hanya terjadi antara nyamuk, babi, dan atau burung rawa. Manusia bisa tertular virus JE bila tergigit oleh nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari. Nyamuk golongan Culex ini banyak terdapat di persawahan dan area irigasi. Kejadian penyakit JE pada manusia biasanya meningkat pada musim hujan. Peningkatan penularan penyakit ini disebabkan beberapa faktor risiko, antara lain:
- Peningkatan populasi nyamuk pada musim hujan
- Tidak adanya antibodi spesifik JE baik yang didapat secara alamiah maupun melalui imunisasi
- Tinggal di daerah endemik JE
- Perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan digigit oleh nyamuk misalnya tidur tanpa menggunakan kelambu
Imunisasi JE
Hingga saat ini masih belum ditemukan obat untuk mengatasi infeksi Japanese encephalitis. Walaupun penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan hingga kematian, penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin. Program vaksin terbukti sangat efektif dalam mencegah dan menurunkan beban akibat dari penyakit ini.
Vaksin JE yang digunakan merupakan virus hidup yang dilemahkan. Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan pemberian dosis tunggal vaksin JE di area endemis pada anak usia 9 bulan. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya. Vaksin JE juga direkomendasikan untuk wisatawan yang akan tinggal selama lebih dari 1 bulan di daerah endemis.
Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat, jika buah hati Anda mengalami gejala yang mencurigakan seperti yang tersebut di atas. Untuk informasi lebih lanjut mengenai vaksin Japanese Encephalitis dan vaksin lain di RS UNS, Anda dapat menghubungi hotline kami di 0811-267-5000.
Penulis: dr. Debby Andina Landiasari, Sp.A.