RS UNS – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Tengah bekerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) menyelenggarakan kegiatan SAPA BALITA yang bertajuk “Skrining Anak PADA BALita Lihat TAnda Tumbuh Kembang”. Kegiatan ini berlangsung di Puskesmas Gatak pada Kamis, 31 Juli 2025 mulai pukul 08.30 WIB hingga selesai.
Acara diawali dengan penyuluhan tentang stunting oleh dr.Aisya Fikritama, Sp. A, yang memberikan wawasan penting mengenai isu kesehatan anak, khususnya pada masa emas tumbuh kembang balita. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan untuk mendukung kebutuhan gizi balita. Setelah itu dilakukan kegiatan skrinnning dan konsultasi tumbuh kembang anak. Dengan skrinning atau pemeriksaan dini, diharapkan orang tua dapat lebih memahami tanda-tanda perkembangan normal maupun gejala yang memerlukan intervensi medis, sehingga anak-anak Indonesia dapat tumbuh sehat, cerdas, dan berprestasi.
Dr. Aisya menjelaskan bahwa Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih rendah dibandingkan standar usianya. Masalah ini sering kali tidak disadari sejak dini karena anak tetap terlihat sehat, padahal tubuhnya tidak berkembang optimal. Penyebab stunting cukup kompleks, mulai dari asupan gizi ibu sejak hamil yang kurang, rendahnya kesehatan ibu, penyakit infeksi berulang, pola asuh yang kurang tepat, hingga faktor lingkungan seperti sanitasi buruk dan kondisi sosial ekonomi keluarga.
Data WHO, UNICEF, dan World Bank 2021 menunjukkan bahwa secara global terdapat 144 juta balita yang mengalami stunting, dengan 53% di antaranya berada di Asia. Indonesia sendiri menempati posisi ke-4 dengan jumlah balita stunting terbanyak pada tahun 2022, sehingga menjadi salah satu masalah kesehatan prioritas nasional.
“Stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan otaknya. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah, daya tahan tubuh yang lemah, dan berisiko lebih tinggi mengalami penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga jantung di usia dewasa. Dampaknya bukan hanya pada individu, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia dan produktivitas bangsa,” jelas dr. Aisya.
Dalam paparannya, dr. Aisya menyampaikan berbagai strategi pencegahan yang harus dilakukan secara berkesinambungan, antara lain:
- Skrining calon pengantin, untuk memastikan kesiapan kesehatan sebelum menikah dan hamil.
- Pemenuhan gizi ibu hamil, terutama zat besi, asam folat, kalsium, dan iodium yang penting untuk perkembangan janin.
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, yang terbukti mampu menurunkan risiko infeksi dan mendukung tumbuh kembang optimal.
- Pemantauan pertumbuhan bayi secara rutin dengan kurva WHO agar orang tua dan tenaga kesehatan bisa segera mengetahui adanya gangguan pertumbuhan.
- Pemberian MPASI bergizi seimbang setelah usia 6 bulan, dengan mengutamakan protein hewani seperti telur, ikan, daging, dan ayam.
- Stimulasi tumbuh kembang, imunisasi lengkap, serta pola asuh yang tepat, yang tidak kalah penting dari aspek gizi.
Selain pencegahan, tata laksana stunting dilakukan secara berjenjang mulai dari Posyandu, Puskesmas, hingga rujukan ke rumah sakit apabila diperlukan. Penanganan ini mencakup pemberian intervensi gizi, stimulasi perkembangan, imunisasi, hingga terapi medis jika anak mengalami penyakit penyerta.
“Anak dengan stunting harus segera mendapat intervensi. Semakin cepat kita melakukan deteksi dini, semakin besar peluang anak untuk mengejar ketertinggalannya. Sebaliknya, jika terlambat, dampaknya akan bersifat permanen,” tambah dr. Aisya.
RS UNS melalui kegiatan ini berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya 1000 HPK sebagai golden period tumbuh kembang anak. Keluarga diharapkan menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan anak, dengan dukungan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
“Investasi terbaik untuk masa depan bangsa adalah memastikan anak-anak tumbuh sehat dan cerdas. Pencegahan stunting adalah kunci untuk mencetak generasi unggul yang mampu bersaing di tingkat global,” pungkas dr. Aisya.
HUMAS UNS