Mengenal Kusta (Lepra) Bukan Penyakit Kutukan

Mengenal Kusta (Lepra) Bukan Penyakit Kutukan

Author :
Triasari Oktavriana, dr., M.Sc., Sp. D. V. E., Subsp., D. A. I., FINSDV., FAADV,
Chairrunnisa Miftah El Jannah, S.Ked

Berdasarkan data dari Organisasi kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati posisi ketiga dengan kasus kusta terbanyak setelah Brazil dan India. Per Januari 2022 tercatat sebanyak 13.487 kasus kusta aktif, dengan kasus baru sejumlah 7.146 kasus.

Sejak ribuan tahun lalu lepra sering dikaitkan dengan penyakit yang disebabkan oleh kutukan. Banyak masyarakat masih beranggapan bahwa lepra merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh, penyebab kecacatan, turun-temurun, serta dikaitkan dengan keadaan yang kotor, luka beraroma kurang sedap, dan berlendir.

 Apa itu Kusta (Lepra)?

Lepra atau sering kita kenal dengan kusta merupakan penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang bagian kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Meskipun sering dikaitkan dengan stigma dan mitos negatif, faktanya lepra bukanlah penyakit yang mudah menular, tidak bisa diturunkan, dan dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat.

Penularan Kusta

Lepra ditularkan melalui droplet dari saluran pernapasan, tetapi tidak semua orang yang terpapar akan tertular. Faktor kekebalan tubuh berperan besar dalam mencegah infeksi. Penting untuk dicatat bahwa kusta hanya dapat menular jika ada kontak yang berlangsung lama.

Gejala Kusta

Gejala awal kerap kali tidak disadari karena muncul secara perlahan dan sering kali menyerupai penyakit yang lain. Gejala yang dapat ditemukan antara lain :

  • Adanya bercak kulit keputihan atau kemerahan tipis seperti panu
  • Bercak pada awalnya hanya sedikit dan menjadi semakin luas
  • Kulit menjadi tipis dan mengkilap karena penurunan fungsi kelenjar keringat
  • Kelemahan otot dapat tampak berupa ketidakmampuan tangan atau kaki dalam bergerak secara normal
  • Pembesaran saraf, pada bagian tertentu (seperti di belakang telinga, leher, siku, dan kaki) teraba seperti kawat

Pengobatan Kusta

Pengobatan lepra saat ini sangat efektif menggunakan terapi kombinasi antibiotik (Multidrug Therapy/MDT), yang disediakan secara gratis oleh WHO. Penderita kusta akan menjalani pengobatan selama 6 bulan sampai 2 tahun. Jenis, dosis, dan lama penggunaan antibiotik akan disesuaikan dengan jenis kusta yang dialami oleh pasien.

Pada derajat tertentu lepra dapat menyebabkan kecacatan pada penderita. Akan tetapi, jika lepra dapat didiagnosis dan diobati sejak dini, penderita dapat sembuh total tanpa mengalami disabilitas. Selain itu, upaya pencegahan seperti vaksinasi BCG juga berkontribusi dalam mengurangi risiko infeksi. Diagnosis yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius, seperti kerusakan saraf permanen atau kecacatan.

Segera periksa dan berkonsultasi dengan dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit UNS jika mengalami gejala-gejala kusta seperti yang sudah dijelaskan di atas. Semakin cepat kusta ditangani, maka semakin tinggi pula peluang kesembuhannya.

Reference:

[1] Chavarro-Portillo, B., Soto, C.Y., & Guerrero, M.I. (2019). Mycobacterium leprae’s evolution and environmental adaptation. Acta tropica, 197, 105041 .

[2] Peters RMH, Dadun , Zweekhorst MBM, Bunders JFG, Irwanto , van Brakel WH (2015) A Cluster-Randomized Controlled Intervention Study to Assess the Effect of a Contact Intervention in Reducing Leprosy-Related Stigma in Indonesia. PloS Negl Trop Dis 9(10): e0004003. Doi:10.1371/ journal.pntd.0004003

[3] Gillini L, Cooreman E, Wood T, Pemmaraju VR, Saunderson P (2017) Global practices in regard to implementation of preventive measures for leprosy. PloS Negl Trop Dis 11(5): e0005399. https://doi.org/10.1371/journal. pntd.0005399

[4] Yuliwulandari, R., Zahroh, H., Susilowati, R. W., Hendri, F., & Usman, H. (2017). Media Edukasi Berbasis Cetak dan Digital Tentang Pengobatan Lepra dan Efek Samping Obat Mempermudah Pemahaman Penderita Lepra, Keluarga, Masyarakat dan Tenaga Kesehatan di Tanjung Pasir Tentang Lepra dan Terapinya. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 3(1), 77. https://doi.org/10.22146/jpkm.26288

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *