Oleh: dr. Lisetiawati, Sp.KJ.
Selama ini, kata “skizofrenia” masih sering dihubungkan dengan istilah “gila”. Stigma ini tak hanya keliru, tapi juga sangat merugikan. Padahal, skizofrenia adalah gangguan kesehatan jiwa yang nyata, bisa dijelaskan secara medis, dan yang paling penting—bisa diobati.
Apa Itu Skizofrenia?
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan serius yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Bukan soal lemah mental atau “kesurupan”, melainkan adanya gangguan pada sistem kerja otak. Orang dengan skizofrenia mungkin sulit membedakan antara kenyataan dan halusinasi, sulit mengatur emosi, serta sering berpikir secara tidak logis.
Bagi penderitanya, aktivitas sehari-hari seperti bekerja, sekolah, atau sekadar bersosialisasi pun bisa menjadi tantangan besar. Namun, penting untuk diingat bahwa mereka bukan tidak mau, tapi memang sedang tidak mampu karena kondisi yang mereka alami.
Seperti Apa Gejalanya?
Gejala skizofrenia tidak selalu terlihat jelas. Seseorang bisa tampak seperti pendiam atau pemalu, tapi sebenarnya sedang mengalami gejala yang cukup serius. Beberapa tanda umum yang perlu diwaspadai meliputi:
- Halusinasi: Penderita bisa melihat atau mendengar hal yang tidak nyata. Misalnya, mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu padahal tidak ada siapa-siapa.
- Delusi (Waham): Mereka bisa sangat yakin akan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Contohnya, merasa sedang diawasi, atau percaya bahwa dirinya punya kekuatan istimewa.
- Pikiran Kacau: Dalam berbicara atau berpikir, penderita bisa tampak tidak nyambung, bingung, atau sulit berkonsentrasi.
- Perilaku Tidak Wajar: Bisa berupa tertawa atau berbicara sendiri, diam lama tanpa sebab, atau melakukan gerakan aneh yang tidak bisa dijelaskan.
- Menarik Diri dari Sosial: Penderita mungkin kehilangan minat untuk bersosialisasi, malas merawat diri, atau tampak tidak memiliki emosi.
Gejala-gejala ini sering berkembang secara perlahan, dan tidak jarang keluarga atau teman dekat baru menyadarinya setelah beberapa waktu.
Apa Penyebabnya?
Skizofrenia tidak disebabkan oleh satu hal saja. Para ahli menemukan bahwa kombinasi beberapa faktor dapat memicu munculnya penyakit ini, di antaranya:
- Faktor genetik: Jika ada anggota keluarga yang juga mengalami skizofrenia, risikonya menjadi lebih tinggi.
- Ketidakseimbangan zat kimia di otak: Terutama dopamin dan glutamat, yang berperan penting dalam komunikasi antar sel saraf.
- Pengalaman traumatis: Seperti kekerasan masa kecil atau kehilangan besar, yang memicu tekanan psikis berat.
- Penyalahgunaan zat: Penggunaan narkoba, terutama saat usia remaja, bisa meningkatkan risiko skizofrenia.
- Stres lingkungan: Beban sosial yang berat juga dapat memicu munculnya gejala, terutama pada individu yang rentan secara biologis.
Apakah Bisa Disembuhkan?
Walaupun skizofrenia adalah penyakit jangka panjang, bukan berarti tidak bisa ditangani. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak penderita yang bisa kembali menjalani kehidupan yang produktif dan bermakna.
Beberapa bentuk penanganan yang umum diberikan meliputi:
- Obat antipsikotik: Untuk mengurangi halusinasi, delusi, dan pikiran kacau.
- Psikoterapi dan rehabilitasi: Membantu penderita memahami kondisinya, serta melatih keterampilan sosial dan aktivitas harian.
- Dukungan keluarga dan lingkungan: Rasa diterima, dipahami, dan tidak dihakimi sangat penting dalam proses pemulihan.
Mengapa Kita Harus Peduli?
Tanggal peringatan Hari Skizofrenia bukan sekadar seremoni, tapi momen penting untuk mengingat bahwa masih banyak orang dengan gangguan jiwa yang terpinggirkan.
Mereka tidak hanya menghadapi gejala penyakitnya, tetapi juga tekanan dari stigma masyarakat. Banyak dari mereka enggan berobat karena takut dijauhi, ditolak, atau bahkan dipermalukan.
Sebagai masyarakat, kita punya peran besar untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah, terbuka, dan penuh empati bagi mereka yang mengalami skizofrenia.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Mulailah dari hal sederhana:
- Jangan menjauhi mereka hanya karena berbeda.
- Jangan mengolok-olok atau menyebarkan mitos yang salah.
- Dukung mereka untuk berobat dan terus semangat.
- Temani dalam proses pemulihan, meski prosesnya tidak selalu mudah.
Karena skizofrenia bukan aib. Mereka tidak butuh penilaian, mereka butuh pemahaman.