Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali menggelar acara Dialog Sehat bertajuk “Glaukoma, Si Pencuri Penglihatan”. Penyelenggaraan acara tersebut dalam rangka memperingati Bulan Glaukoma Sedunia.
Acara yang diselenggarakan secara luring di area Ruang Tunggu Poliklinik Lantai 1 Rumah Sakit UNS, Senin (13/3/2023), menghadirkan narasumber dr. Dyah Ayu Eliza, Sp.M selaku Dokter Spesialis Mata RS UNS.
Dyah Ayu Eliza, Sp.M selaku Dokter Spesialis Mata RS UNS mengatakan bahwa Glaukoma adalah penyakit mata yang menyerang saraf penglihatan sehingga dapat menyebabkan kebutaan secara permanen. Glaukoma sering disebut sebagai “si pencuri penglihatan” karena umumnya tidak memiliki gejala sehingga seringkali pasien tidak menyadari bahwa dia menderita Glaukoma.
“Adapun untuk faktor risiko glaukoma bisa didapat dari Riwayat tekanan bola mata tinggi, usia > 40 tahun, punya riwayat hipertensi, riwayat penggunaan steroid jangka panjang, dan riwayat keluarga Glaukoma,” jelas dr. Dyah Eliza yang akrab disapa dr. Chaca.
Dr. Chaca menyebutkan bahwa tanda dan gejala Glaukoma akut antara lain yaitu mata merah, nyeri kepala hebat, kabur, gangguan lapang pandang, dan mual muntah.
Berikut kondisi mata dengan penyakit Glaukoma.
Adapun gambar dibawah ini adalah kondisi penglihatan pasien dengan Glaukoma.
Untuk mengetahui seseorang menderita Glaukoma atau tidak, maka orang tersebut harus menjalani sejumlah pemeriksaan, diantaranya yaitu pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan tekanan bola mata (NCT), dan pemeriksaan lapang pandang.
Chaca, Sp.M mengatakan bahwa apabila pasien telah menderita Glaukoma, maka bisa ditangani dengan tetes mata, laser mata, maupun pembedahan.
Pencegahan Glaukoma
Lantas bagaimana cara pencegahan penyakit Glaukoma ini? dr. Dyah Ayu Eliza, Sp.M. selaku Dokter Spesialis Mata RS UNS menyampaikan bahwa sebagian besar faktor risiko glaukoma seperti usia, keturunan, dan etnik, tidak dapat dicegah.
“Jika Anda memiliki sejarah glaukoma dalam keluarga atau mengonsumsi obat-obatan berisiko tinggi, pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dini glaukoma.”, begitu dr. Chaca sampaikan.
Begitu terdeteksi glaukoma, umunya memerlukan pemeriksaan dan kontrol seumur hidup. Tujuan terapi glaukoma adalah untuk mengontrol tekanan bola mata. Menjaga tekanan bola mata dalam kisaran normal atau sesuai dengan target tekanan, sangat penting dalam menjaga kesehatan penglihatan. Diagnosa dini adalah kunci untuk mencegah kebutaan, karena kerusakan saraf glaukoma tidak dapat dikembalikan. Galukoma haya bisa dikontrol, namun tidak bisa disembuhkan.
Selanjutnya dr. Dyah Ayu Eliza menambahkan, bahwa untuk mengontrol penyakit glaukoma tersebut, ada gaya hidup yang harus dijaga. Beliau sampaikan bahwa pasien dengan glakoma harus makan makanan yang sehat dan bernutrisi, olahraga secara teratur, mengurangi asupan kafein, menghindari rokok, menjaga berat badan tetap terjaga ideal, minum air dengan jeda artinya tidak minum banyak dalam waktu singkat, kemudian pasien dengan glaukoma juga harus mengurangi asupan garam agar terhindar dari retensi cairan, dan yang terakhir yaitu pasien harus berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan aktivitas fisik yang berat.
“Saya juga turut menghimbau ketika mulai merasakan ada sesuatu yang terasa ganjil di mata, bisa segera memeriksakan diri ke RS UNS atau ke rumah sakit terdekat. Hal ini supaya penyakit-penyakit mata bisa dideteksi sedini mungkin,” tutup dr. Chaca.
HUMAS RS UNS