RS UNS – Dalam rangka memperingati Hari Hepatitis Sedunia, Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) menyelenggarakan program Dialog Sehat dengan mengusung tema “Bergerak Bersama, Putuskan Penularan Hepatitis”, sebuah inisiatif edukasi digital yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko hepatitis dan pentingnya deteksi dini serta penanganan yang tepat. Dialog sehat ini disiarkan secara langsung di kanal Instagram dan YouTube Rumah Sakit UNS pada Senin, 28 Juli 2025 pukul 13.00 WIB.
Dialog Sehat ini dipandu oleh dr. Frieska Dyanneza, MPH, sebagai host dengan menghadirkan narasumber dr. Coana Sukmagautama, Sp.PD., M.Kes., FINASIM, seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Fellow Endoscopy Saluran Cerna. Masyarakat awam seringkali masih bertanya apa itu Hepatitis? Apa penyebabnya? Apa saja gejala Hepatitis? Apakah Hepatitis itu menular? Bagimana cara penularannya?
Hepatitis adalah kondisi peradangan pada hati (liver) yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, konsumsi alkohol berlebihan, penggunaan obat-obatan tertentu, atau gangguan autoimun. Hati merupakan organ penting yang berfungsi untuk menyaring racun, mengatur metabolisme, menyimpan energi, dan membantu proses pencernaan, sehingga kerusakan pada hati dapat berdampak serius terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Gejala Hepatitis
Gejala hepatitis bervariasi, tergantung jenis dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala umum yang sering dijumpai antara lain rasa lelah berlebih, demam, mual, muntah, hilangnya nafsu makan, serta perubahan warna pada kulit dan mata menjadi kuning atau disebut jaundice. Meski demikian, dr. Coana menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus hepatitis, bisa bersifat tanpa gejala. Hepatitis B dan C kerap disebut sebagai penyakit “diam-diam menghanyutkan” karena sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Banyak penderita baru menyadari terinfeksi ketika sudah dalam kondisi kronis atau saat menjalani pemeriksaan rutin seperti medical check-up.
“Hepatitis itu penyakit yang diam-diam merusak. Banyak pasien datang ke kami sudah dalam kondisi kronis yaitu sirosis atau kanker hati, padahal sebelumnya tidak merasa sakit sama sekali,” ujar dr. Coana.
Cara Penularan Hepatitis
Penyakit hepatitis dapat menular melalui berbagai cara, tergantung jenisnya. Hepatitis A menular lewat makanan atau air yang tidak higienis, sementara hepatitis B dan C menular melalui darah dan cairan tubuh, seperti melalui hubungan seksual tanpa pengaman, transfusi darah yang tidak aman, atau penggunaan jarum suntik bersama. Masyarakat tidak perlu khawatir tertular hanya karena kontak biasa seperti bersalaman atau terkena keringat. Cara penularan hepatitis tergantung pada jenis virusnya:
- Hepatitis A dan E: Melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
-
Hepatitis B dan C: Melalui kontak darah, cairan tubuh, atau hubungan seksual.
-
Hepatitis D: Hanya dapat menginfeksi orang yang sudah terinfeksi hepatitis B.
Cara Mencegah Penularan Hepatitis
Penyakit hepatitis dapat menular melalui berbagai cara, tergantung jenisnya. Hepatitis A menular lewat makanan atau air yang tidak higienis, sementara hepatitis B dan C menular melalui darah dan cairan tubuh, seperti melalui hubungan seksual tanpa pengaman, transfusi darah yang tidak aman, atau penggunaan jarum suntik bersama. Masyarakat tidak perlu khawatir tertular hanya karena kontak biasa seperti bersalaman atau terkena keringat. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, khususnya untuk hepatitis A dan B, menjaga kebersihan makanan, serta menerapkan gaya hidup sehat. Tenaga kesehatan, pasangan dari penderita hepatitis, serta orang yang hendak menikah sangat dianjurkan untuk melakukan skrining secara rutin.
Terkait vaksinasi, tidak semua orang memerlukannya. Bila hasil tes menunjukkan kadar antibodi anti-HBs ≥10 mIU/mL, berarti tubuh sudah memiliki kekebalan terhadap hepatitis B dan vaksinasi tidak perlu diberikan. Sebaliknya, jika kadar antibodi rendah, maka diperlukan vaksinasi lengkap dalam tiga dosis. Orang yang sudah terinfeksi hepatitis B (positif HBsAg) tidak boleh lagi divaksin karena vaksin tidak akan berfungsi.
Pengobatan Hepatitis
dr. Coana menjelaskan mengenai pengobatan hepatitis tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit. Beberapa jenis hepatitis dapat diobati dengan antivirus atau perawatan suportif. Pengobatan jangka panjang mungkin diperlukan untuk hepatitis kronis.
“Pengobatan hepatitis melalui screening dua aspek yaitu aspek fungsi dan struktur. Jika fungsinya bagus, SCOT normal, jumlah virusnya rendah, bahkan rendah sekali, kemudian strukturnya juga normal maka tidak perlu obat, tetapi harus tetap melakukan kontrol. Artinya sistem imun kita lebih kuat dari hepatitis B yang ada di dalam tubuh kita. Kondisi kedua jika jumlah virusnya tinggi antara 2.000 sampai 20.000, kemudian ada gangguan fungsi liver, jumlah virusnya tinggi, ada gambaran sirosis maka akan dilakukan terapi diberikan antivirus hepatitis B di rumah sakit.”
Beberapa jenis hepatitis dapat sembuh dengan pengobatan yang tepat. Namun, hepatitis kronis dapat memerlukan pengobatan jangka panjang untuk mengelola gejala dan mencegah komplikasi. Hepatitis juga dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk sirosis, kanker hati, gagal hati bahkan kematian.
Kesimpulan
Pada dialog sehat kali ini, ditekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining hepatitis secara rutin, terutama bagi kelompok berisiko. Hepatitis B dan C sering tidak bergejala, tetapi berpotensi menimbulkan komplikasi berat seperti sirosis, kanker hati, dan gagal hati. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan: melalui vaksinasi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta deteksi dini, rantai penularan hepatitis bisa diputus. RS UNS sendiri telah menyediakan fasilitas skrining dan pengobatan yang terjangkau dan mudah diakses. Edukasi berkelanjutan seperti ini sangat diperlukan agar masyarakat tidak lagi takut, namun waspada dan bertindak proaktif terhadap hepatitis.
Dalam sesi tanya-jawab tambahan, dijelaskan bahwa bayi yang lahir dari ibu penderita hepatitis B tidak selalu tertular, selama mendapat vaksin dan imunoglobulin segera setelah lahir. Penderita hepatitis B tidak perlu vaksinasi ulang, namun tetap harus mendapatkan pemantauan dan pengobatan sesuai kondisi. Hepatitis B dan C juga bisa menyerang tanpa gejala, sehingga skrining bagi kelompok berisiko tinggi seperti tenaga medis, pengguna narkoba suntik, atau pasangan seksual dari penderita menjadi sangat penting. Mitos yang mengatakan bahwa penderita hepatitis tidak boleh menikah adalah keliru. Dengan penanganan medis yang tepat, penderita hepatitis tetap bisa menikah dan memiliki keturunan secara aman.
Humas UNS