Oleh Asyari Mia Lestari, S.Gz.
#SobatSehat, saat ini dunia masih dirundung pandemi global oleh penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). COVID-19 ini merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus baru yang bernama coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Berdasarkan data dari Komite penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional pada tanggal 19 Januari 2021, terdapat 917,015 orang terkonfirmasi COVID-19, 81,3% telah dinyatakan sembuh dan ada 2,9% meninggal dunia.
Coronavirus membutuhkan sel inang untuk memperbanyak diri. Coronavirus menempel, masuk dan melakukan replikasi virus. Virus ini akan menempel dan masuk melalui enzim ACE-2 dari sel inang. Enzim ACE-2 ini ada di mukosa oral, nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel endotel arteri vena dan sel otot polos. Setelah itu, virus ini melakukan replikasi atau memperbanyak diri. Replikasi virus yang tidak terkendali akan menyebabkan meningkatnya produksi sitokin proinflamasi. Efeknya terjadi gangguan sistem imun dan terjadi inflamasi/peradangan di dalam tubuh.
Orang yang terkonfirmasi COVID-19 dapat mengalami beberapa gelaja ringan hingga kritis. Gejala yang akan dialami sangatlah beragam dari satu penderita dengan penderita lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem imun tubuh. Gejala yang mungkin dialami seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat, mual, muntah, diare, hilang penciuman (anosmia), hilang perasa (ageusia) hingga penurunan kesadaran dan syok sepsis.
Kondisi seperti ini memerlukan tatalaksana penanganan yang kompleks termasuk terapi gizi. Melalui terapi gizi yang tepat akan membantu meningkatkan sistem imun, anti inflamasi dan anti oksidan tubuh. Hal ini didapat dari pemenuhan kebutuhan makronutrisi, mikronutrisi dan cairan sesuai dengan keadaan dan penyakit penyerta dari masing-masing pasien.
Pada pasien COVID-19 terjadi peningkatan kebutuhan energi dan protein. Peningkatan kebutuhan energi terjadi karena demam dan peningkatan kerja otot pernafasan. Kebutuhan energi pasien COVID-19 sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari, sedangkan untuk pasien kritis sebesar 25-30 kkal/kgBB/hari. Sedangkan peningkatan kebutuhan protein karena pada pasien COVID-19 terjadi perubahan metabolisme protein yaitu terjadi pemecahan protein, peningkatan sintesis protein fase akut, dan penurunan sintesis protein otot. Kebutuhan protein tinggi sebesar 1,2-2 g/kgBB/hari. Dianjurkan pemberian protein dengan nilai biologis tinggi atau lebih mengutamakan protein hewani, seperti daging unggas, ikan, telur, daging merah, dan susu. Namun pemberian protein tinggi ini tidak berlaku untuk pasien dengan komorbid gagal ginjal.
Adanya infeksi saluran pernapasan pada COVID-19, direkomendasikan mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin C sebanyak 2-3 kali @100 gram/hari seperti buah jambu biji, stroberi, jeruk, melon, pisang, anggur, pepaya, lemon dan sayuran berdaun hijau. Vitamin C berfungsi sebagai anti oksidan yang meningkatkan sistem imun dan mengurangi durasi serta keparahan flu. Sejalan dengan hal itu suplementasi vitamin C juga dapat mengurangi kejadian pneumonia dan infeksi virus pernapasan.
Direkomendasikan pula untuk mengkonsumsi makanan yang kaya zinc seperti daging merah, unggas, seafood, telur, dan susu. Pemberian zinc terbukti dapat menganggu replikasi virus corona secara efisien.
Pada pasien COVID-19 dengan keluhan gangguan pencernaan, nyeri perut, diare perlu pemberian probiotik. Hal ini karena pada pasien COVID-19 terjadi kerusakan keseimbangan mikroekologi usus, terlihat dari penurunan jumlah bakteri “baik” yaitu lactobacillus dan bifidobacterium. Pemberian probiotik diharapkan dapat meningkatkan bakteri usus yang dominan, menghambat pertumbuhan bakteri patogen, menurunkan produksi toksin dan menurunkan infeksi. Selain itu, pada pasien covid disarankan untuk mengkonsumsi madu 10 gram/12 jam/hari dan curcuma 20 gram/12 jam/hari. Madu terbukti berfungsi sebagai prebiotik, membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak, merangsang pertumbuhan jaringan baru dan sebagai anti inflamasi. Curcuma disini dapat meningkatkan nafsu makan dan anti inflamasi.
Selain dari sisi pemilihan bahan makanan, perlu juga diperhatikan sisi kebersihan peralatan dan pengolahan agar terhindar dari kontaminasi. Direkomendasikan cuci tangan sebelum dan setelah memasak, mencuci buah dan sayur sebelum dimakan, mencuci peralatan sebelum dan sesudah digunakan, memasak hingga matang, jangan terlalu lama memasak sayuran karena dapat menyebabkan hilangnya nutrisi penting seperti vitamin dan mineral serta menggunakan telenan dan peralatan yang berbeda untuk makanan matang dan mentah.
Kesimpulan dari rekomendasi diet untuk pasien covid untuk meningkatkan daya tahan tubuh yaitu mengkonsumsi makanan yang sehat, beragam, tinggi protein, dan kaya vitamin dan mineral yang berasal dari buah dan sayur. Sungguh bukan hal yang mudah untuk membuat pasien covid dapat mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhannya yang meningkat. Karena beberapa keluhan seperti kehilangan penciuman, kehilangan perasa, adanya mual dan muntah membuat pasien COVID-19 kehilangan nafsu makan. Diharapkan dengan kolaborasi terapi medis dan terapi gizi serta didukung dengan semangat dari pasien dapat mempercepat proses penyembuhan.
Sumber
Aman F, Masood S. How Nutrition can help to fight against COVID-19 Pandemic. Pak J Med Sci.2020;36(COVID19-S4):S121-S123.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Panduan Gizi Seimbang Pada Masa Pandemi COVID-19. Kementerian Kesehatan RI
Khayyatzadeh SS. Nutrition and Infection with COVID-19. journal of nutrition and food security. 2020;5(2):93-96
Oskouei TE, Najafi M. Traditional and Modern Uses of Natural Honey in Human Diseases: A Review. Iran J Basic Med Sci. 2013; 16(6): 731–742.
Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia. 2020. Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi COVID-19. Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia