Jangan Anggap Remeh Kanker Serviks! Deteksi Dini untuk Selamatkan Nyawa – Live Instagram di Rumah Sakit UNS

Jangan Anggap Remeh Kanker Serviks! Deteksi Dini untuk Selamatkan Nyawa – Live Instagram di Rumah Sakit UNS

Sukoharjo, [Senin, 10 Februari 2025] – Dalam upaya meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya deteksi dini kanker serviks, Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) menggelar kegiatan Live Streaming Instagram dan Youtube bertajuk “Jangan Anggap Remeh Kanker Serviks! Deteksi Dini untuk Selamatkan Nyawa”.

Acara ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya kaum wanita, mengenai bahaya kanker serviks serta pentingnya melakukan pemeriksaan rutin guna mendeteksi kanker sejak dini.

Kanker serviks menjadi salah satu penyakit paling mematikan yang menyerang wanita, disebabkan oleh kurangnya kesadaran untuk melakukan screening secara rutin sejak dini. Kanker ini menyerang serviks atau yang sering disebut leher rahim, yaitu bagian yang menghubungkan rahim dengan vagina. Kanker serviks seringkali tidak menunjukan gejala pada stadium awal. Akibatnya, banyak kasus kanker serviks baru terdeteksi pada stadium yang sudah cukup lanjut.

Dalam acara live Instagram yang dipandu oleh host dr. Kartika Noviastuti ini, dokter narasumber yaitu dr. Elita Rahmi, Sp.OG menyampaian bahwa “Untuk mereka yang tidak melakukan screening secara teratur, kanker serviks akan menjadi ancaman yang lebih serius. Ketika sudah memasuki stadium lanjut, pengobatan akan semakin sulit dilakukan.”

Menurut dr. Elita, kesadaran wanita untuk melakukan screening kanker serviks masih sangat rendah. Banyak wanita merasa malu untuk memeriksakan diri, terutama yang berkaitan dengan organ intim. Padahal, screening kanker serviks membutuhkan kerja sama antara pasien dan tenaga medis. Jika ada keluhan, penting untuk segera melakukan pemeriksaan agar dapat terdeteksi lebih awal.

“Seringkali, wanita merasa takut dan malu untuk melakukan screening atau bahkan mengabaikan keluhan yang muncul. Akibatnya, kanker serviks baru terdeteksi ketika sudah berada pada tahap yang lebih lanjut. Kanker ini memang memiliki beberapa faktor penyebab, dan deteksi dini adalah salah satu kunci untuk mencegahnya,” tambah dr. Elita.

Penting untuk dicatat bahwa screening kanker serviks tidak perlu menunggu munculnya gejala. Sebaiknya, wanita yang sudah menikah atau sudah aktif secara seksual mulai melakukan screening secara rutin. Berdasarkan pedoman internasional, wanita di atas usia 21 tahun setidaknya harus menjalani screening dengan tes Pap Smear atau IVA Test. IVA Test dapat dilakukan di Puskesmas dengan biaya yang lebih terjangkau atau menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.

“Jika hasil tesnya normal, screening dapat dilakukan setiap tiga tahun sekali. Namun, hasil normal tidak selalu menjamin bahwa kanker serviks tidak akan muncul di masa depan, karena kadang-kadang pada tahap prakanker awal, gejala kanker serviks belum muncul,” ujar dr. Elita.

Gejala umum yang sering dirasakan oleh pasien kanker serviks meliputi cairan abnormal dan pendarahan di luar siklus menstruasi atau setelah berhubungan seksual. Meskipun demikian, dr. Elita menegaskan bahwa kanker serviks tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas. Gejala yang ada hanya sebagai tanda kewaspadaan. “Setiap perubahan pada cairan yang keluar dari vagina baik itu bentuk, warna, bau, atau pendarahan harus diwaspadai dan segera diperiksakan ke dokter,” lanjutnya.

Proses terjadinya kanker serviks diawali dengan fase prakanker, di mana sel-sel serviks mengalami perubahan yang belum berbahaya, namun dapat berkembang menjadi kanker jika tidak dideteksi dan ditangani dengan cepat. Pada fase prakanker, gejala biasanya tidak muncul, namun dapat terdeteksi melalui tes Pap Smear atau IVA Test. Begitu kanker serviks mencapai tahap yang lebih lanjut, gejala mulai terasa, seperti lendir abnormal atau pendarahan yang tidak wajar.

Dr. Elita juga menjelaskan bahwa penyebab utama kanker serviks adalah infeksi human papillomavirus (HPV). Meskipun demikian, tidak semua jenis HPV akan menyebabkan kanker serviks. Beberapa tipe HPV berisiko tinggi dan berisiko rendah. Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual, sehingga semua wanita yang aktif secara seksual berisiko terinfeksi HPV.

Untuk mengurangi risiko terkena HPV, dr. Elita menyarankan agar wanita menjaga perilaku seksual yang sehat, rutin melakukan screening, menjalani vaksinasi HPV dan menghindari paparan asap rokok. Asap rokok dapat mempengaruhi sel-sel tubuh dan meningkatkan risiko kanker.

“Semakin cepat kanker serviks terdeteksi, semakin tinggi harapan hidup pasien. Meskipun tidak ada jaminan kesembuhan total, deteksi dini dapat meningkatkan kemungkinan pasien untuk hidup tanpa kambuh,” tandas dr. Elita.

Jika Anda melewatkan tayangan live streaming kami, jangan khawatir! Anda bisa menontonnya kembali kapan saja di channel YouTube kami. Cukup kunjungi 

dan nikmati tayangannya.

Untuk informasi lebih lanjut, ikuti akun Instagram resmi RS UNS di @rumahsakituns atau kunjungi website kami di rs.uns.ac.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *